Kamis, 2 Februari 2023 – 08:08 WIB
VIVA Lifestyle – Diabetes tidak hanya menghantui orang dewasa, namun juga mengintai anak-anak. Menurut data WHO tahun 2022, frekuensi diabetes meningkat di seluruh dunia, dan penelitian menunjukkan bahwa anak-anak berisiko lebih tinggi terkena penyakit ini. Seiring waktu, diabetes dapat merusak jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf, menyebabkan masalah kronis dan kematian dini.
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengatakan bahwa diabetes jadi salah satu penyakit tidak menular namun menjadi endemi. Piprim melanjutkan bahwa hal itu berarti terjadi peningkatan kasus yang pesat di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Sebab pada dasarnya, epidemi terjadi hanya pada penyakit menular lantaran virus mampu menyebar dengan cepat. Sementara di kasus diabetes, tanpa adanya penularan namun kasus meningkat pesat, bahkan pada usia muda.
Ilustrasi diabetes.
Photo :
- Pexels/Nataliya Vaitkevich
“Diabetes tipe 2 yang menyerang orang dewasa yang sudah umurnya 40 ke atas, banyak yang menyerang remaja. Jadi, lebih cepat kejadiannya,” kata Piprim dalam temu media virtual, Rabu 1 Februari 2023.
Piprim menilai bahwa adanya epidemi pada kasus diabetes ini menjadi pertanda ada kesalahan di sistem hidup manusia, terutama di gaya hidup kekinian. Kasus diabetes sebelumnya terjadi akibat penuaan lantaran fungsi tubuh sudah tak berfungsi baik. Artinya pada remaja yang mengalami diabetes, terjadi penuaan lebih dini.
“Padahal ini kan terkait penyakit penuaan. Ini jadi penuaan dini. Disebut new lifestyle disease. Penyakit terkait gaya hidup baru,” tuturnya.
Halaman Selanjutnya
Piprim menjelaskan bahwa diabetes pada dasarnya dimulai dengan resistensi insulin. Kadar insulin terus menerus dipicu oleh asupan yang masuk ke tubuh sehingga kadarnya tinggi dalam jangka panjang. Perlahan, pankreas yang menghasilkan insulin tersebut ‘lelah’ dan insulin pun mulai resisten.
Sumber: www.viva.co.id