Jumat, 6 Januari 2023 – 14:41 WIB
VIVA Lifestyle – Studi yang dilakukan Center of Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) terhadap kelompok rentan mengungkap beberapa hambatan yang menjadikan alasan kelompok rentan, termasuk lansia, tidak mendapatkan vaksin. Salah satunya adalah hambatan sosial dan perilaku, termasuk pada sikap memercayai hoax.
“Hambatan ini termasuk ketidakpercayaan terhadap COVID-19, vaksin dan tenaga kesehatan secara umum yang disebabkan informasi yang kurang tepat,” jelas Program Manager Primary Healthcare CISDI, dr. Agatha Tyas, MPH., dalam acara media di Jakarta. Scroll untuk info selengkapnya.
Berbagai informasi dan berita yang tidak benar tentang vaksin yang beredar bebas di masyarakat berkontribusi pada ketidakpercayaan masyarakat terhadap vaksin yang berujung pada rendahnya angka vaksinasi booster.
“Dalam pantauan kami, di tahun 2022 jumlah hoax COVID-19 memang cenderung berkurang sebesar 65 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun hal ini tidak menjamin penurunan dampaknya,” ungkap Nuril Hidayah, Program Officer komunikasi Vaksin COVID-19 dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO).
Nuril mengatakan bahwa hoax COVID-19 yang ditemukan oleh MAFINDO sendiri hanya sampel dan bisa saja angkanya jauh lebih besar dari temuan itu. Sebab, ada kemungkinan besar pesan berantai dengan informasi palsu itu beredar di ‘dark’ media sosial atau bentuk pesan langsung pada kelompok tertentu.
“Tahun 2021 jumlahnya menurun jadi 472. Tahun 2022 menurun drastis jadi 161. Penurunannya tajam. Tapi apakah dampak berkurang? Tidak,” tegasnya.
Halaman Selanjutnya
Data MAFINDO mencatat hingga bulan Agustus 2022, ditemukan 161 hoax yang mayoritas sebesar 36,7 persen mengangkat tentang sentimen vaksin. Sedangkan dua isu terbanyak lainnya adalah seputar kebijakan pemerintah dan teori konspirasi sebesar masing-masing 18 persen.
Sumber: www.viva.co.id