Senin, 28 November 2022 – 13:12 WIB
VIVA Lifestyle – Puluhan ribu konten di media sosial menyasar pada tontonan untuk anak-anak sehingga para orang tua patut menyaringnya dengan jeli. Di sisi lain, pada pembuat konten anak dan untuk anak juga tak bisa asal dalam memberikan karya yang terkesan seru tapi sebenarnya tak mendidik.
Psikolog (Psikolog Anak & Keluarga), Anna Surti Ariani, S.Psi.,M.Si, menjelaskan banyak hal yang harus dipertimbangkan mengenai konten pada anak baik sisi teknologi, kognitif maupun emosional anak. Dari sisi teknologi, anak sudah mampu mengenali berbagai fitur di media sosial alias tak lagi gagap teknologi (gaptek).
Sementara secara kognitif, anak diasah dalam membuat konten secara tepat dengan berbagai tahapannya. Serta secara emosional, kesabaran anak dibangun selama proses pembuatan konten tersebut. Namun, dalam membuat konten di Youtube perlu aturan yang harus dipahami anak. Apa saja?
Ilustrasi anak pakai kacamata/main gadget.
“Persiapan sebuah konten. Muncul seperti apa, pakai pakaian apa, setting gimana, skenario bagaimana, siapa yang pas untuk tontonan seperti itu. Dari persiapan bisa membuat anak-anak berstrategi dan berfikir panjang,” kata Nina, sapaan akrabnya, dalam webinar Mydoremi, baru-baru ini.
Nina menegaskan bahwa anak-anak harus memahami berbagai aturan tersebut sebelum bisa tampil di publik karena akan tersebar luas di dunia maya. Dengan begitu, anak bisa memahami bahwa membuat konten itu membutuhkan proses panjang sehingga konten tersebut bisa awet dan bukan hanya dikenal dalam jangka pendek.
“Tidak hanya terkenal tapi anak paham. Ke depan anak bisa jadi edukator,” kata Nina.
Sumber: www.viva.co.id