Kasus Gangguan Ginjal Akut, Ahli Sebut Sempat Kurang Stok Bahan Pelarut Obat Sirup

Ilustrasi obat sirup/obat batuk.

VIVA Lifestyle – Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) membantah kondisi stok bahan pelarut obat sirop yang kosong hingga membuat industri farmasi memakai zat kimia berbahaya, Etilen Glikol-Dietilen Glikol (EG-DEG). Menurut Direktur Eksekutif GPFI, Drs. Elfiano Rizaldi bahwa bahan pelarut obat tetap beredar di pasaran sehingga pembuatan obat sirop bisa tetap dilakukan dan tersedia dengan kualitas yang baik dan aman.

Sayangnya, temuan EG-DEG tersebut di obat sirup membuat ratusan anak mengalami gangguan ginjal akut serta puluhan anak diantaranya meninggal dunia. Elfian menegaskan bahwa zat kimia bahan pelarut yang aman untuk obat sirop, sempat terjadi kekurangan atau kebutuhannya tak sesuai permintaan. Scroll selanjutnya.

“Kekosongan tidak, tapi kekurangan. (Kalau) kosong sama sekali, bagaimana industri lain bisa dapat. Kekurangan itu, kebutuhan seribu yang ada 500,” ujar Elfian, dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa 20 Desember 2022.

Ilustrasi - Obat sirup

Elfian menuturkan, industri farmasi lain pun tetap bisa membuat produk obat sirup dengan bahan pelarut yang aman meski terjadi kekurangan di lapangan. Di sisi lain, 6 farmasi yang terbukti memakai zat kimia EG-DEG di obat sirop buatannya pun tak terindikasi sengaja mencampurnya ke dalam produk mereka.

“Dari 6 industri farmasi, tidak ada indikasi dan atensi untuk mencari pelarut yang murah. Cuma karena kurang tadi. Informasi yang ada, yang dilakukan dengan 6 industri farmasi tersebut, mereka pesannya PG. Itu (zat kimia) yang baik kan,” katanya.

Tim GPFI, kata Elfian, juga menemukan berbagai bukti, industri farmasi tersebut melakukan pembelian dengan merujuk pada bahan kimia yang aman. Elfian menyayangkan ada satu langkah yang dilewati oleh keenam industri farmasi itu, mereka tidak memeriksa dan menguji zat kimia pelarut yang sudah dibeli tersebut.

Sumber: www.viva.co.id

Related posts