Minggu, 19 Maret 2023 – 15:16 WIB
VIVA Lifestyle – Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) menargetkan prevalensi stunting Indonesia di angka 14 persen pada 2024. Sehingga dibutuhkan kerja sama pentahelix untuk menurunkan dari angka 21,6 persen saat ini.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 yang dirilis Kementerian Kesehatan, prevalensi angka stunting balita Indonesia di angka 21,6 persen. Meskipun angkanya turun 2,8 persen dibandingkan tahun lalu, namun menurut perhitungan populasi masih menunjukkan bahwa 1 dari 5 anak balita di Indonesia mengalami stunting. Scroll untuk info selengkapnya.
Pencegahan stunting sebenarnya bisa dilakukan sebelum masa kehamilan terjadi. Kemudian, dilanjutkan pada 1000 hari pertama kehidupan, dengan memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif selama 6 bulan dan makanan pendamping ASI (MPASI).
Pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan kepada bayi baru lahir memiliki efek yang sangat signifikan, terutama untuk mencegah bayi gagal tumbuh alias stunting. Hal itu turut disampaikan oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K).
“Upaya 6 bulan pertama itu serius sekali untuk betul-betul ASI eksklusif menjadi suatu jawaban mengkoreksi kekurangan-kekurangan bayi baru lahir. Salah satunya 6 bulan pertama adalah harus dengan ASI eksklusif,” ujar dr. Hasto, mengutip situs BKKBN, Minggu 19 Maret 2023.
Berdasarkan data yang ada, kata Dokter Hasto, rata-rata seorang ibu yang sukses memberikan ASI Eksklusif masih sekitar 65 persen, bahkan menurut data UNICEF dan WHO hanya 41 persen yang mendapatkan ASI Eksklusif di bawah 6 bulan.
Halaman Selanjutnya
Sementara itu, bayi lahir prematur dan panjang kurang dari 48 sentimeter berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, masih tinggi jumlahnya, yaitu 29 persen.
Sumber: www.viva.co.id