Kamis, 17 November 2022 – 20:42 WIB
VIVA Parenting – Setiap tahunnya diperkirakan ada sebanyak 15 juta anak di seluruh dunia yang lahir prematur. Adapun kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi kurang dari 37 minggu, di mana dapat berdampak pada kondisi psikis ibu pasca melahirkan.
Kondisi psikis ibu usai melahirkan pada bayi non prematur saja, sudah rentan terhadap penurunan kesehatan mental. Terlebih pada bayi yang dilahirkan dengan kondisi prematur, tentunya akan sangat berdampak di mana para ibu biasanya tak menyiapkan mental untuk hal tersebut. Scroll untuk info selengkapnya.
“Tidak hanya ayah, tetapi yang paling utama biasanya ibu. Mental seringkali belum siap menghadapi kehadiran si kecil (yang lahir prematur),” kata Psikolog Anak dan Keluarga Irma Gustiana Andriani, S.Psi., M.Psi, dalam webinar Hari Prematur Sedunia bertajuk A Parent’s Embrace: A Powerful Therapy oleh Danone Specialized Nutrition Indonesia, baru-baru ini.
Psikolog anak lulusan Universitas Indonesia itu menjelaskan bahwa mental ibu usai melahirkan terkait dengan perasaan yang cenderung negatif seperti lelah dan sedih atau dikenal dengan baby blues. Perasaan tersebut pun bisa semakin ke arah negatif sehingga berisiko terhadap depresi pasca melahirkan.
Ilustrasi wanita/ibu dan bayi.
“Ini bentuk-bentuk emosi yang seringkali dialami seorang ibu yang melahirkan si kecil dengan kondisi prematur,” kata Irma.
Kebutuhan bayi terhadap air susu ibu (ASI) juga kerap menjadi tantangan bagi para ibu pasca melahirkan dengan kekahwatiran yang meningkat akan masa depan buah hatinya kelak. Banyak juga ibu yang sering meyakini stigma-stigma buruk yang beredar di masyarakat terkait tumbuh kembang anak yang lahir prematur mulai dari sulit adaptasi hingga kondisi kesehatan yang kurang baik.
Sumber: www.viva.co.id