Kamis, 8 Desember 2022 – 17:50 WIB
VIVA Parenting – Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ruam popok pada bayi memang tidak mengancam jiwa, namun akan sangat mengganggu anak dan menyebabkan bayi rewel. Bila terjadi ruam dan tidak diatasi dengan baik, dapat terjadi infeksi sekunder, yaitu infeksi yang terjadi bersamaan dengan infeksi sebelumnya yang disebabkan oleh pertumbuhan jamur pada kulit.
“Semakin lama area yang mengalami ruam kontak dengan feses, iritasi akan semakin parah begitu juga dengan ruam popok. Oleh karena itu, penting bagi Ibu untuk membantu mengatasi risiko ruam popok. Salah satu perawatan yang tepat bagi bayi untuk mengatasi risiko ruam popok adalah dengan melakukan terapi “ABCDE”, ujar dokter spesialis anak, dr. S.T Andreas Christian Leyrolf, M.Ked (Ped), Sp.A, dalam keterangan pers Makuku Indonesia.
ABCD merujuk pada Air, Barrier, Cleansing, Diaper, dan Edukasi. Air atau udara, di mana pada area tertutupi popok harus sesering mungkin terkena udara dengan membuka popok secara berkala.
Lalu, Barrier atau pelindung, seperti mengoleskan krim barrier (misalkan zink oksida atau petrolatum) ke area yang tertutup popok untuk bayi yang berisiko terkena dermatitis popok. Lanjut, Cleansing atau pembersihan, selalu bersihkan area terkena popok dengan lembut menggunakan air setiap penggantian popok, hindari menggosok kuat. Diaper atau popok, di mana gunakan popok daya serap tinggi dan hindari popok kain.
“Ganti popok setiap 1 hingga 3 jam. Serta, Edukasi yang mana orang tua harus diberi edukasi tata cara pencegahan dan pengobatan dermatitis popok,” tambahnya.
Senada, istri Dion Wiyoko sekaligus ibu anak satu, Fiona Anthony, merasa peran popok sangat besar dalam menjaga kenyamanan si kecil. Menurutnya, mengganti popok secara berkala merupakan bentuk perawatan yang tepat untuk mengatasi risiko ruam popok bayi.
“Selain itu, pemilihan popok dengan daya serap yang tinggi juga tidak kalah pentingnya,” tuturnya.
Sumber: www.viva.co.id