Waspada Sesak Napas karena PPOK, Ini Bedanya dengan Asma

Ilustrasi asma.

VIVA Lifestyle – Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) menjadi masalah kesehatan yang perlu perhatian lebih dan diwaspadai oleh masyarakat. Dokter dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr. Arief Bakhtiar, Sp.P(K) mengatakan bahwa gejala sesak napas pada PPOK sifatnya sangat persisten dan progresif yang makin lama bisa bertambah parah.

Berdasarkan GOLD (Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease) tahun 2021, Pengertian PPOK adalah penyakit yang umum, dapat dicegah, dan dapat ditangani. Scroll untuk info lebih lengkap.

“Pada pasien PPOK atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD) terjadi suatu hambatan aliran udara yang persisten (terus-menerus) atau menetap dan sering progresif yang makin lama makin memberat,” kata dokter yang tergabung dalam Pokja Asma PPOK PDPI itu dalam konferensi pers virtual, Rabu 16 November 2022.

PPOK biasanya terjadi pada orang yang memasuki usia paruh baya, sekitar 40 tahun. Gejala kian memburuk secara perlahan terutama terhadap pasien yang memiliki riwayat merokok tembakau atau paparan jenis asap polusi lainnya.

Sesak napas

Yang membedakan PPOK dengan asma adalah seringkali gangguan asma diderita sejak kecil dengan gejala yang muncul secara beragam, misalnya terasa sesak saat pagi atau malam hari. Pada pasien asma, alergi, rhinitis, atau eksema juga muncul dan biasanya terdapat riwayat penyakit yang sama pada keluarga.

Menurut dokter Arief, pasien yang mengalami PPOK akan merasakan sesak napas meskipun tidak dalam kondisi serangan. Sementara penderita asma merasakan sesak pada kondisi tertentu dan bisa bernapas dengan normal di lain waktu.

Sumber: www.viva.co.id

Related posts